Minggu, 05 Juni 2011

Hakikat Lingkungan Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. Masyarakat adalah himpunan individu dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya.
Masyarakat adalah dinamika dari berbagai paradigma dan variasi perilaku individu sebagai creator kehidupan social yang potensial dalam melakukan tindakan sesuai dengan hasratnya masing-masing. Jika konsep masyarakat dan budaya berlaku, otomatis potensi individual terjebak dalam system kehidupan normative yang dapat menghentikan proses dinamis dari berbagai potensi individual yang dimaksud.
. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa anak yang baru lahir belum mampu menghadapi kehidupan, akan tetapi tergantung pada lingkungan.anak yang tumbuh dan berkembang dilingkungan yang baik, ia akan baik. Demikian juga sebaliknya, bakat kurang berperan penting dalam membentuk pribadi anak karena bakat tak mampu tumbuh dan berkembang pada situasi yang tak sesuai.[1] Bakat atau sifat keturunan dengan interaksi lingkungan mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini identik dengan pendapat Morgan yang mengatakan bahwa gen mengatur sifat menurun tertentu yang mengadung satuan informasi genetika. Gen ini merupakan satuan kimia yang diwariskan dalam kromosom yang dengan interaksi lingkungan mempengaruhi atau menentukan perkembangan suatu individu.
Perkembangan dan kematangan jiwa seorang anak dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan tempat untuk kematangan jiwa seseorang.  Dengan demikian baik tidaknya sikap seseorang ditentukan oleh dua factor tersebut.                                               
Keadaan psikologis anak didik yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan social, dan tentu oleh lingkungan sekolahnya. Para pendidik secara langsung dapat mempengarugi psikologis anak didik, misalnya pendidik yang terkesal galak, mudah tersinggung dan kurang kreatif, akan menyebabkan anak didiknya menjadi kurang menyukai mata pelajaran yang disampaikan atau kurang menyukai pendidiknya secara pribadi. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergitas antara anak didik dengan semua lingkungan disekitarnya. Bahkan buku bacaan yang diwajibkan keepada anak didik agar dibaca dan dipelajari akan memberikan pengaruh psikologis anak didiknya. Oleh sebab itu semua yang berkaitan dengan lingkungan anak didik memberikan pengaruh kepada anak didik secara langsung atau tidak langsung.[2]
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu. Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial.[3]
  1. RUMUSAN MASALAH
Sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap pendidikan?
  1. TUJUAN PERMASALAHAN
a.                  agar kita sadar bahwa pendidikan tidak akan berjalan tanpa lingkungan.
b.                  Agar kita sebagai calon pendidik dapat menerapkan social budaya dilingkungan sekitar.

     

BAB II
PEMBAHASAN
A.     PNGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya bina, mendapat awalan pe dan akhiran an, yang maknanya dari sifat perbuatan membina atau melatih, mengajar, dan mendidik itu sebdiri. Oleh karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.
Pendidikan secara terminology dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan yang ditujukan kepada semua peserta didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya dalam bermasyarakat.[4]
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas tetapi berlangsung juga diluar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal tetapi juga bersifat non formal. Secara subtansi, pendidikan tidak sebatas pengembangan intelektualitas manusia, artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.[5]


B.     KEDUDUKAN MASYARAKAT DALAM FIL  PENDIDIKAN ISLAM
Masyarakat adalah himpunan individu dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya. Oleh karena itu masyarakat dapat diartikan sebagai institusi social yang mewadahi berbagai tindakan individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi social sesuai dengan kesepakatan yang terjadi dilingkungan sosialnya masing-masing.
Pola struktur masyarakat dalam pandangan Ferdinand Toonies merupakan karya cipta manusia sendiri.dalam bahasa lain,masyarakat sebagai sistem social diciptakan oleh manusia.oleh karena itu,menurutnya,masyakat bukan organisme yang di hasilkan oleh proses proses-proses biologis, juga bukan organisme yang terdiri dari bagian bagian induvidualyang masing-masing berdiri sendiri,tetapi masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi timbal balik yang mantap dan kemauan manusia mendasari masyarakat. Pendapat toonies merupakan hal yang fundamental dalam proses terciptanya masyarakat, saat individu dengan segala sumber yang dimilikinya akan disalurkan pada lingkungan sekitar ditempat ia berada, serta manusia memanfaatkan manusia lain untuk bersama-sama menciptalkan kelompok yang bersifat langgeng, yang dinamakan dengan dua tipe karakter, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft. Tipe gemeinschaft terdapat unsur wesenwillen, yakni masyarakat yang berpola paguyuban, sifat dasarnya kebersamaan dan keja dalam dirinya, orangnya merasa dekat satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Adapun gesselschaft terdapat unsur kurwillen adalah masyarakat pola patembayan atau berbentuk organisasi, dengan sifat-sifat mendasarnya kebersamaan yang berbentuk lahiriyah, seperti persetujuan, peraturan dan undang-undang serta segala sesuatu sehubungan yang berdasakan logika (cognitive).
Lingkungan yang harus dibina dengan konsep pendidikan islam adalah sebagai berikut.[6]
a.      lingkungan keluarga
pembinaan keluarga pertama kali dilakukan oleh ayah terhadap anak-anaknya, suami terhadap istrinya. Pada prinsipnya lingkungan keluarga tidak akan tebina dengan baik dan benar apabila suami dan istri tidak menyadari hak dan kewajibannya menurut perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang pekawinan dan kompilasi hokum islam merupakan sarana pendidikan islam dalam keluarga
b.      Lingkungan masyarakat
lingkungan masyarakat dalam lingkungan masyarakat, pembinaan dimulai dengan tercerminnya lingkungan keluarga. Pembinaan lingkungan masyarakat dengan pendidikan islam dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat menumbuhkembangkan pemahaman tentang islam, misalnya kegiatan pengajian, gotong royong, berbagai silatur rohmi.
c.      lingkungan sekolah
lingkungan sekolah ini dapat mempermudah masyarakat dalam mendidik anaknya untuk menambah ilmu pengetahuan hususnya mengenai agama islam yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, proses saling belajar yang dapat berlaku dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang baragam. Sebagai ilustrasi adalah seorang ayah dengan perilakunya sendiri secara langsung telah mengajarkan anaknya untuk meniru perilakunya. Demikian seterusnya, anak yang mulai berinteraksi dengan sesamanya, dengan lingkungan sekitarnya akan belajar meniru, mengerti dan memahami tindakan dan perbuatan yang setiap hari disaksikannya.
            Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia. Betapa kompleks dan rumit memahami situasi dan kondisi masyarakat dewasa ini. Kekayaan, kemiskinan, kegembiraan, kesedihan merupakan potret nyata dalam masyarakat yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi kehidupan.
            tujuan utama pendidikan islam yang diperoleh anak didik dibangku sekolah adalah agar dimanfaatkan untuk kehidupan bermasyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia sehingga dengan akhlak yang mulia akan terbangun masyarakat yang berkhlak mulia karena kemulian masyarakat berawal dari kemuliaan akhlak idividu-individu yang membangunnya.









BAB III
PENUTUP
Dengan pandangan diatas kedudukan masyarakat atau lingkungan dalam perspektif filsafat pendidikan islam dapat disimpulkan sebagai berikut.[7]
  1. masyarakat atau lingkungan adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi didalamnya.
  2. masyarakat atau lingkungan adalah subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
  3. masyarakat atau lingkungan adalah tujuan bagi setiap anak didik yang telah belajar diberbagai lingkungan.
  4. masyarakat atau lingkungan adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
  5. masyarakat atau lingkungan adalah ujian paling sulit aplikasi hasil-hasil pendidikan.
  6. masyarakat atau lingkungan adalah etika pendidikan karena norma-norma individu berproses menjadi norma social dan norma social yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan.










DARTAR PUSTAKA
  1. Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:Pustaka Setia. 2009.
  2. Ali, heri noer Dkk. Manusia dan pendidikan. Jakarta: pustaka alhusna. 1989.
  3. Abdullah nasih ulwam. Pendidikan anak dalam islam. Jakarta: pustaka amani. 1995.
  4. yusuf, syamsuri. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Rosda karya remaja. 2003


[1] Hasan Basri, fisafat pendidikan islam, hal. 91
[2] Hasan basri, filsafat pendidik islam. Pustaka setia. Hal. 95
[3] Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. 67-68
[4] Abdullah Ulwam. Pendidikan anak dalam islam. Pustaka amani. 1995. Hal 62
[5] . Abdurrohman hafid, membangun kepribadian pendidik, hal. 89
[6] . hasan basri, filsafat pendidikan islam. pustaka setia. Hal 261-262
[7] Heri noer Dkk, manusia dan pendidikan, pustaka alhusna. 1989. hal 127